Sejak dilancarkannya urutan serangan terhadap kapal barang di rute Laut merah oleh kelompok Houthi yang berbasis di Yaman, perusahaan-perusahaan pelayaran besar menghindari jalan pelayaran Laut Merah dan Terusan Suez dan menyita rute yang lebih jauh melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan. Perjalanan ini dapat memakan sementara Mix Parlay seminggu lebih lama daripada rute sebelumnya.
Keputusan berikut dapat berdampak terhadap cost pengiriman barang, kata para analis industri. Jika krisis ini berkepanjangan, hal ini bisa sebabkan kenaikan harga yang wajib dibayar pembeli untuk barang-barang impor.
“Satu perjalanan pulang pergi berasal dari Shanghai ke Rotterdam, dan Anda dapat meningkatkan cost bahan bakar sebesar satu juta dolar karena membuat perubahan rute melalui Tanjung Harapan,” kata Peter Sand, kepala analis di perusahaan analisis pasar Xeneta yang berbasis di Kopenhagen, kepada DW. “Itu saja sudah merupakan tagihan cost yang sangat besar.”
Baca Juga : Polisi Tangkap 1 Orang dari Geng yang Kepung Perempuan di Koja
Belum kembali tarif asuransi barang yang sudah melonjak, sebagai respons terhadap serangan-serangan di jalan Laut Merah. “Selain itu, perusahaan-perusahaan pelayaran peti kemas yang menggerakkan sarana mingguan pada Asia dan Eropa wajib memperhitungkan cost tiga kapal tambahan untuk meyakinkan tingkat sarana yang serupa dan tepat waktu,” malah Peter Sand.
Situasi ini termasuk dapat jadi kasus bagi pelabuhan-pelabuhan peti kemas di Eropa, yang biasanya sangat efektif didalam mengatasi arus nampak masuk peti kemas didalam kuantitas besar.
“Katakanlah saya miliki pelabuhan yang mengatasi 50.000 kontainer per minggu. Namun jikalau tidak tersedia kontainer yang tiba didalam seminggu ini, lalu minggu seterusnya masuk ratusan ribu kontainer, hal itu bisa sebabkan kasus kemacetan,” kata Lars Jenson, direktur perusahaan Vespucci Maritime, perusahaan asal Denmark yang bergerak di bidang konsultan industri pelayaran, kepada DW. “Rantai pasokan sekarang lebih kuat”
Krisis Laut Merah
Krisis Laut Merah menghidupkan kenangan terhadap Maret 2021, disaat Terusan Suez terblokir selama enam hari sesudah kapal kontainer Ever Given kandas. Ketika itu, ratusan kapal wajib tunggu di Laut Merah selama berminggu-minggu, dan cost pengiriman satu kontainer meningkat berasal dari USD2.000 jadi USD14.000.
Krisis Ever Given sebabkan penundaan tambahan selama berbulan-bulan terhadap barang-barang yang diimpor berasal dari Asia. Padahal disaat itu dunia tengah mengupayakan bangkit berasal dari masa lockdown pandemi COVID-19, yang sebabkan rintangan besar didalam rantai pasokan perdagangan global.
Meskipun {beberapa|sebagian|lebih berasal dari satu} besar rantai pasokan sudah kembali normal, ancaman keamanan di Laut Merah bisa sebabkan harga barang naik berlipat ganda didalam {beberapa|sebagian|lebih berasal dari satu} minggu ke depan, kata para analis. Tarif angkutan international sudah meningkat sesudah Terusan Panama bulan lalu membatasi kuantitas kapal yang bisa melintasi terusan karena kekurangan air akibat kekeringan panjang.
Untungnya, industri pelayaran sudah menuai pelajaran berasal dari krisis rantai pasokan pasca-COVID, dan banyak perusahaan sudah memperluas armada kapal kargo mereka, sehingga efek berasal dari krisis rute Laut Merah diprediksi tidak dapat mengancam perdagangan global.
“Saat ini, kami membawa kapal kontainer bersama dengan kapasitas berlebih, jadi didalam kasus terburuk pun, disaat kami wajib mengitari rute melalui Afrika untuk sementara waktu, kami miliki kapal kontainer yang bisa melakukan hal ini,” kata Lars Jensen.
AS dan sekutunya mengupayakan meningkatkan keamanan pelayaran
Amerika Serikat mengumumkan operasi multinasional demi mengamankan perdagangan maritim di Laut Merah. Inggris, Bahrain, Kanada, Prancis, Italia, Belanda, Norwegia dan Spanyol sudah mengatakan dapat melakukan patroli bersama dengan di Laut Merah anggota selatan dan di Teluk Aden.
Kapal perang AS dan Inggris termasuk melaporkan sudah menembak jatuh sejumlah rudal dan drone Houthi didalam {beberapa|sebagian|lebih berasal dari satu} hari terakhir. Namun tidak jelas, apakah Kedatangan mereka dapat cukup untuk menghentikan serangan-serangan tersebut.
Para analis memperingatkan, kendati pengiriman peti kemas mungkin dapat terkena efek yang lebih kritis secara keseluruhan, penundaan pengiriman kapal-kapal tanker yang mengangkut bahan bakar fosil ke Eropa, mungkin dapat jadi efek berat pertama.
“Kami lihat pengiriman kekuatan sementara ini terkena dampaknya – apakah itu minyak, batu bara, atau gas – ini karena musim dingin di belahan bumi utara,” kata Peter San. Hal inilah yang bisa berdampak jelek terhadap harga energi.